Mbah Yem (70-an tahun) sudah sejak tahun 70-an bekerja di Pasar Beringharjo sebagai buruh gendong. Saat itu usianya 18 tahun. Rubiyem nama panjangnya, berasal dari Kulon Progo, Yogyakarta.

Totalitas pada pekerjaannya membuatnya tetap setia hingga kini sebagai buruh gendong di pasar Beringharjo, tak berubah. Sementara itu, pasar sendiri sudah berganti bentuk beberapa kali hingga terlihat seperti sekarang. Mbah Yem tetap seperti mbah Yem yang dulu, seorang buruh gendong.

Di masa pandemi Covid-19 ini pengelola pasar memintanya untuk #DiRumahAja dan untuk itu ia akan mendapatkan santunan 1,5 juta rupiah. Tapi ia tidak mau, kesetiaannya pada profesi buruh gendong sudah mendarah daging dan tak bisa ditinggalkan.

“Awak kulo malah sakit mas, menawi teng griyo kemawon,” ucapnya. Tersirat semangat yang tak mudah padam.

Berdasar semangat itulah kami mengangkat sosok Mbah Yem sebagai “Superhero” untuk memberi semangat pada masyarakat agar terus kuat menghadapi segala persoalan sulit di tengah Pandemi Covid-19 ini.

Digitalisasi Dagangan Pasar adalah solusi agar Mbah Yem tetap bisa bekerja dengan tetap menaati protokol kesehatan di pasar tradisional. BANTU YUKK!!!